Seminar Kesehatan
Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.
Pada 2015 dua kesepakatan yang diikuti Indonesia mesti tercapai.Pertama adalah tujuan pembangunan milenium (Millennium Development Goals/ MDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).Kedua, adalah terwujudnya masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/ AEC). Sebagai salah satu langkah awal untuk menghadapi AEC adalah dengan cara mengetahui prinsip dasar dan faktor- faktor yang berkaitan dengan AEC. Oleh karena itu, BEM-KM Poltekkes Kemenkes Bandung mengadakan kegiatan seminar yang berkaitan dengan MDGs dan AEC.
Seminar kesehatan yang dilaksanakan pada Hari Minggu, 8 Maret 2015 di Auditorium Direktorat Poltekkes Kemenkes Bandung ini diikuti oleh 250 peserta. Tidak hanya dari mahasiswa Poltekkes Bandung saja, seminar ini diikuti oleh mahasiswa dari kampus lain dan umum, seperti Universitas Pendidikan Indonesia, Akper Dustira, Biofarma, dan lain-lain. Seminar kesehehatan ini mengambil tema “Keterkaitan Pencapaian MDGs terhadap Strategi Persiapan dalam Menghadapi MEA” . Acaranya sendiri dimulai pukul 08.30 WIB.
Pemateri dalam seminar kali ini adalah Ichwanuddin, SKM, M.Kes (Dosen/Lektor Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung) dan Dra. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes selaku Kepala Bidang Pendayagunaan SDMK Luar Negeri Pusregunakes Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes yang di moderatori dr. Eri Triakumara Maulana, M.Hkes (Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung) .
Materi pertama disampaikan oleh Ichwanudin, SKM, M.Kes mengenai “Keterkaitan Pencapaian MDG’s terhadap Strategi Persiapan dalam Menghadapi AEC (MEA)” . Dalam materinya, beliau menyampaikan tentang poin-poin penting dalam MDGs serta fakta-fakta tentang kemisikinan, kelaparan, dan masalah kesehatan di dunia khususnya di Asia Tenggara dan Indonesia. Beliau juga menyampaikan keterkaitannya MDGs dan AEC. Sebetulnya tidak hanya AEC, beliau menyampaikan bahwa satu masyarakat ASEAN memiliki tiga pilar, yaitu ASEAN Security Community (ASC), ASEAN Socio Cultural Community (ASCC), dan yang sedang ramai diperbincangkan ASEAN Economic Community (AEC). AEC sendiri memiliki beberapa tujuan yang telah disepakati oleh negara-negara ASEAN diantaranya, membentuk kawasan bebas perdagangan (tax 0-5%), meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN sebagai basis produksi dunia, dan menciptakan pasar regional bagi 500 juta pendududuk. Di akhir penyampaiannya, beliau mengingatkan bahwa AEC bukan sesuatu yang harus ditakuti, namun sesuatu yang harus dihadapi tentunya dengan persiapan yang matang.
Materi yang kedua disampaikan oleh Dra. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes mengenai “Peluang Kerja Tenaga Kesehatan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan Post MDGs” . Beliau menyampaikan bahwa MEA (AEC) adalah salah satu bentuk komunitas sebagai perwujudan kerjasama ASEAN dalam bidang ekonomi. MEA sendiri ditetapkan pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007. MEA baru akan dimulai pada 31 Desember 2015. Dalam persiapan menuju MEA semua negara ASEAN belum siap untuk harmonisasi standar pelayanan. Selain itu juga belum ada kesepakatan kapan akan terjadi harmonisasi. Dibutuhkan capacity building agar setiap negara memiliki regulasi yang sama. Tahun 2015 disepakati tukar menukar informasi melalui website meliputi: kurikulum/kompetensi dasar, kualifikasi, registrasi & statistik tenaga kesehatan. Mengenai peluang tenaga kerja di era MEA ini, sebenarnya untuk di dalam negeri sendiri pun masih banyak kekurangan tenaga kesehatan yang dibutuhkan, namun untuk peluang di luar negeri pun cukup besar. “Ternyata masyarakat ASEAN lebih menyukai kualitas tenaga kesehatan dari Indonesia” ujar yang biasa dipanggil Bu Oos tersebut. Disela-sela pemaparannya mengenai AEC, beliau menyampaikan tentang program baru Kementerian Kesehatan yaitu program “Nusantara Sehat”. Nusantara Sehat merupakan penempatan tenaga kesehatan dengan team base. Program ini merupakan pengembangan metode penempatan dari individual menjadi ber-tim. Tim terdiri dari delapan jenis tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di 120 puskesmas perbatasan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi, kefarmasian , kesmas, sanitarian, dan analis kesehatan). Untuk mengikuti Tim ini harus melewati seleksi yang sangat ketat yang nantinya akan dikontrak kerja selama dua tahun. Terakhir beliau menyampaikan mengenai rencana kerjasama internasional dalam pengembangan kerjasama bidang sumber daya manusia kesehatan yang meliputi harmonisasi/ekuivalensi standar kompetensi, harmonisasi kurikulum pendidikan, harmonisasi program dan sistem pelatihan berbasis kompetensi, harmonisasi sistem dan skema sertifikasi, serta harmonisasi sistem akreditasi.
Disesi terakhir antusias peserta masih sangat besar dengan banyaknya peserta yang bertanya mengenai apa yang telah disampaikan. Setelah sesi penyampaian materi dan pertanyaan selesai, selanjutnya yaitu pembagian doorprize bagi peserta yang beruntung. Acara pun ditutup pada pukul 12.00 WIB.
Pada 2015 dua kesepakatan yang diikuti Indonesia mesti tercapai.Pertama adalah tujuan pembangunan milenium (Millennium Development Goals/ MDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).Kedua, adalah terwujudnya masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/ AEC). Sebagai salah satu langkah awal untuk menghadapi AEC adalah dengan cara mengetahui prinsip dasar dan faktor- faktor yang berkaitan dengan AEC. Oleh karena itu, BEM-KM Poltekkes Kemenkes Bandung mengadakan kegiatan seminar yang berkaitan dengan MDGs dan AEC.
Seminar kesehatan yang dilaksanakan pada Hari Minggu, 8 Maret 2015 di Auditorium Direktorat Poltekkes Kemenkes Bandung ini diikuti oleh 250 peserta. Tidak hanya dari mahasiswa Poltekkes Bandung saja, seminar ini diikuti oleh mahasiswa dari kampus lain dan umum, seperti Universitas Pendidikan Indonesia, Akper Dustira, Biofarma, dan lain-lain. Seminar kesehehatan ini mengambil tema “Keterkaitan Pencapaian MDGs terhadap Strategi Persiapan dalam Menghadapi MEA” . Acaranya sendiri dimulai pukul 08.30 WIB.
Pemateri dalam seminar kali ini adalah Ichwanuddin, SKM, M.Kes (Dosen/Lektor Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung) dan Dra. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes selaku Kepala Bidang Pendayagunaan SDMK Luar Negeri Pusregunakes Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes yang di moderatori dr. Eri Triakumara Maulana, M.Hkes (Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung) .
Materi pertama disampaikan oleh Ichwanudin, SKM, M.Kes mengenai “Keterkaitan Pencapaian MDG’s terhadap Strategi Persiapan dalam Menghadapi AEC (MEA)” . Dalam materinya, beliau menyampaikan tentang poin-poin penting dalam MDGs serta fakta-fakta tentang kemisikinan, kelaparan, dan masalah kesehatan di dunia khususnya di Asia Tenggara dan Indonesia. Beliau juga menyampaikan keterkaitannya MDGs dan AEC. Sebetulnya tidak hanya AEC, beliau menyampaikan bahwa satu masyarakat ASEAN memiliki tiga pilar, yaitu ASEAN Security Community (ASC), ASEAN Socio Cultural Community (ASCC), dan yang sedang ramai diperbincangkan ASEAN Economic Community (AEC). AEC sendiri memiliki beberapa tujuan yang telah disepakati oleh negara-negara ASEAN diantaranya, membentuk kawasan bebas perdagangan (tax 0-5%), meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN sebagai basis produksi dunia, dan menciptakan pasar regional bagi 500 juta pendududuk. Di akhir penyampaiannya, beliau mengingatkan bahwa AEC bukan sesuatu yang harus ditakuti, namun sesuatu yang harus dihadapi tentunya dengan persiapan yang matang.
Materi yang kedua disampaikan oleh Dra. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes mengenai “Peluang Kerja Tenaga Kesehatan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan Post MDGs” . Beliau menyampaikan bahwa MEA (AEC) adalah salah satu bentuk komunitas sebagai perwujudan kerjasama ASEAN dalam bidang ekonomi. MEA sendiri ditetapkan pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007. MEA baru akan dimulai pada 31 Desember 2015. Dalam persiapan menuju MEA semua negara ASEAN belum siap untuk harmonisasi standar pelayanan. Selain itu juga belum ada kesepakatan kapan akan terjadi harmonisasi. Dibutuhkan capacity building agar setiap negara memiliki regulasi yang sama. Tahun 2015 disepakati tukar menukar informasi melalui website meliputi: kurikulum/kompetensi dasar, kualifikasi, registrasi & statistik tenaga kesehatan. Mengenai peluang tenaga kerja di era MEA ini, sebenarnya untuk di dalam negeri sendiri pun masih banyak kekurangan tenaga kesehatan yang dibutuhkan, namun untuk peluang di luar negeri pun cukup besar. “Ternyata masyarakat ASEAN lebih menyukai kualitas tenaga kesehatan dari Indonesia” ujar yang biasa dipanggil Bu Oos tersebut. Disela-sela pemaparannya mengenai AEC, beliau menyampaikan tentang program baru Kementerian Kesehatan yaitu program “Nusantara Sehat”. Nusantara Sehat merupakan penempatan tenaga kesehatan dengan team base. Program ini merupakan pengembangan metode penempatan dari individual menjadi ber-tim. Tim terdiri dari delapan jenis tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di 120 puskesmas perbatasan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi, kefarmasian , kesmas, sanitarian, dan analis kesehatan). Untuk mengikuti Tim ini harus melewati seleksi yang sangat ketat yang nantinya akan dikontrak kerja selama dua tahun. Terakhir beliau menyampaikan mengenai rencana kerjasama internasional dalam pengembangan kerjasama bidang sumber daya manusia kesehatan yang meliputi harmonisasi/ekuivalensi standar kompetensi, harmonisasi kurikulum pendidikan, harmonisasi program dan sistem pelatihan berbasis kompetensi, harmonisasi sistem dan skema sertifikasi, serta harmonisasi sistem akreditasi.
Disesi terakhir antusias peserta masih sangat besar dengan banyaknya peserta yang bertanya mengenai apa yang telah disampaikan. Setelah sesi penyampaian materi dan pertanyaan selesai, selanjutnya yaitu pembagian doorprize bagi peserta yang beruntung. Acara pun ditutup pada pukul 12.00 WIB.